FUNGSI KOMUNIKASI DALAM ADMINISTRASI SERTA ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN DIDALAM PELAKSANANAN PENDIDIKAN
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Administrasi pendidikan adalah segenap usaha orang yang terlibat
didalam proses pencapaian tujuan pendidikan, diintegrasikan, diorganisasikan,
dikoordinasikan secara efektif dan semua materi dimanfaatkan secara efesien. Didalam
administrasi ada beberapa funfsi, diantaranya adalah fungsi komunikasi.
Fungsi
komunikasi merupakan salah satu fungsi administrasi pendidikan, yang mana
fungsi ini mempunyai peran yang penting. Di dalam sebuah administrasi perlu
adanya komunikasi dari satu pihak dengan pihak yang lain agar tujuan dalam
administrasi pendidikan bisa tercapai.
Dalam makalah
ini juga kami akan menjelaskan tentang organisasi dan kepemimpinan didalam
pelaksaanaan pendidikan. Adapun organisasi adalah wadah dari kumpulan manusia
yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu dengan memanfaatkan manusia.
Organisasi sangat diperlukan di dalam sekolah agar tercapainya tujuan
pendidikan yang diinginkan. Dalam suatu organisasi juga diperlukan pemimpin, menurut
Prajudi Atmosudirjo kepemimpinan itu dirumuskan sebagai suatu kepribadian
(personaliti) seseorang yang mendatangkan
keinginan pada kelompok orang-orang untuk mencontohnya atau mengikutinya dan
suatu kewibawaan sehingga membuat sekelompok orang-orang mau melakukan apa yang
dikehendakinya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
itu fungsi komunikasi dalam administrasi pendidikan ?
2.
Apa
yang dimaksud dengan organisasi ?
3.
Apa
saja cirri-ciri suatu organisasi ?
4.
Apa
yang dimaksud pemimpin itu ?
5.
Bagaiman
cirri-ciri /sifat menjadi seorang pemimpin?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Fungsi Komunikasi
Fungsi komunikasi merupakan salah satu
fungsi administrasi pendidikan, yang mana fungsi ini mempunyai peran yang
penting. Di dalam sebuah administrasi perlu adanya komunikasi dari satu pihak
dengan pihak yang lain agar tujuan dalam administrasi pendidikan bisa tercapai.
Proses penyampaian atau komunikasi ini meliputi lebih dari pada
sekedar menyalurkan pikiran-pikiran, gagasan-gagasan, dan maksud-maksud secara
lisan atau tertulis. Komunikasi dalam setiap bentuknya adalah suatu proses yang mempengaruhi
sikap dan perbuatan orang-orang dalam struktur organisasi.
Komunikasi ada yang secara lisan dan ada pula yang secara tertulis, adapun yang lisan pada umumnya lebih mendatangkan hasil dan pengertian yang jelas
daripada secara tertulis, karena komunikasi secara lisan itu bersifat langsung sedangkan
komunikasi yang tertulis adalah komunikasi secara tidak langsung.
Menurut
sifatnya komunikasi ada dua macam :
1.
Komunikasi bebas
Setiap
anggota dapat berkomunikasi dengan setiap anggota lain.
2.
Komunikasi terbatas
Setiap anggota hanya dapat berhubungan dengan beberapa anggota
tertentu saja.
Di dalam kegiatan komunikasi diperlukan adanya motivasi, terutama
motivasi intrinsik. Oleh karena itu, pemberian motivasi dalam rangka komunikasi
hendaknya memperhatikan beberapa unsur seperti berikut:
a.
Adanya keinginan untuk berhasil (achievement, succes)
b.
Kejelasan tentang tindakan yang harus diambil/dianjurkan
c.
Keyakinan baha perubahan yang dianjurkan akan membawa hasil positif
d.
Keyakinan akan adanya kesempatan yang sama gabi semua anggota
e.
Keinginan akan adanya kebebasan untuk menentukan, menolak, ataupun
menerima apa yang dianjurkan
f.
Adaya tendensi untuk menilai (berdasarkan moral dan etika, yang
dianutnya) apa yang dianjurkan, sebelum melaksanakan.[1]
B.
Organisasi
1.
Pengertian Organisasi
Kata organisasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “organization”
yang berarti organisasi atau hal yang mengatur. Dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia, W.J.S. Poerwadarminta mengartikan organisasi sebagai susunan dan
aturan dari berbagai bagian (orang dan sebagainya) sehingga menjadi satu
kesatuan yang teratur.[2]
Organisasi
dapat diartikan sebagai struktur atau susunan terutama dalam
penyusunan/penempatan orang-orang dalam suatu kelompok, atau berarti juga
menenpatkan hubungan antara orang-orang dalam kewajiban-kewajiban, hak-hak dan
tanggung jawab masing-masing di dalam struktur yang telah ditentukannya.
Organisasi
dapat diartikan sebagai wadah dari kumpulan manusia yang bekerja sama untuk
mencapai tujuan tertentu dengan memanfaatkan manusia itu sendiri sebagai sumber,
di samping sumber yang ada di luar dirinya sperti uang, material, dan waktu.
Agar kerja sama itu berjalan dengan baik, maka perlu adanya aturan. Karena
orang yang bekerja sama itu berbeda
situasi, dari satu tempat ke tempat yang lain. Sekolah merupakan bentuk
organisasi pendidikan yang mana adanya organisasi ini adalah untuk mencapai
tujuan pendidikan.[3]
Perlunya organisasi sekolah yang baik ialah karena tugas guru-guru
tidak hanya mengajar saja; juga pegawai-pegawai tata usaha, pesuruh dan penjaga
sekolah, dll. Semuanya bertanggung jawab dan ikut serta dalam menjalankan roda
sekolah itu secara keseluruhan. Dengan demikian agar tidak terjadi overlapping
(tabrakan) dalam memegang atau menjalankan tugasnya masing-masing, diperlukan
organisasi sekolah yang baik dan teratur.
2.
Ciri-ciri Organisasi
a.
Adanya komponen ( atasan dan
bawahan).
b.
Adanya kerja sama (cooperative yang
berstruktur dari sekelompok orang).
c.
Adanya tujuan.
d.
Adanya sasaran.
e.
Adanya tata tertib yang harus ditaati.
3. Elemen Organisasi
Menurut
Chester I. Barnard organisasi mengandung 3 elemen diantaranya, yaitu :
·
Kemampuan untuk bekerja sama.
·
Tujuan yang ingin dicapai.
·
Komunikasi.[5]
4.
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Susunan Organisasi Sekolah
Tiap-tiap
sekolah memerlukan susunan organisasi yang berbeda-beda satu sama lainnya. Ini
bergantung pada keadaan dan kebutuhan sekolah masing-masing. Adapun
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perbedaan dalam susunan organisasi
sekolah antara lain:
a.
Besar kecilnya sekolah
b.
Letak sekolah
c.
Jenis dan tingkatan sekolah
5.
Struktur organisasi sekolah
Tiap-tiap
sekolah tidak sama keadaan dan kebutuhannya. Meskipun demikian, untuk
memberikan gambaran dan pengertian yang egak jelas, contoh organisasi sekolah
sebagai berikut.
C.
Kepemimpinan
1.
Pengertian Kepemimpinan
Menurut Prajudi
Atmosudirjo kepemimpinan itu dirumuskan sebagai suatu kepribadian (personaliti)
seseorang yang mendatangkan keinginan pada kelompok orang-orang untuk
mencontohnya atau mengikutinya dan suatu kewibawaan sehingga membuat sekelompok
orang-orang mau melakukan apa yang dikehendakinya. Dan juga kepemimpinan dapat
pula dipandang sebagai suatu sarana untuk membuat sekelompok orang-orang mau
berkerja sama dan berdaya upaya menaati segala aturan untuk mencapai
tujuan-tujuan yang telah ditentukan.
Berdasarkan
pandangan diatas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpina adalah sekumpulan dari
serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk didalamnya
kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang
dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya dengan rea, penuh semangat, kegembiraan batin serta tidak terpaksa.
Menurut Amitai
Etzioni mengatakan bahwa kepemimpinan adalah kekuatan atau power yang
didasarkan atas tabiat atau watak yang memiliki ekuasaan lebih, biasanya
bersifat normatif.[6]
2.
Model kepemimpinan
Ada beberapa model dalam
kepemimpinan diantaranya yaitu :
a.
Model kepemimpinan kontingensi fielder
Model kepemimpinan ini dokembangkan oleh Fred E. Fielder dia
berpendapat bahwa keberhasilan seseorang pemimpin tidak hanya ditentukan oleh
suatu gaya kepemimpinan yang diterapkannya.
Menurut Fielder hubungan pemimpin dengan yang dipimpin merupakan
variabel yang terpenting dalam menentukan situasi yang menguntungkan.
b.
Model kepemimpinan tiga dimensi
Model kepemimpina ini dikemukakan oleh William J. Reddin (1970),
model ini dinamakan Tri –Dimensional-Model yang berhubungan denagn tiga
kelompok gaya kepemimpinan yaitu gaya
dasar, gaya efektif, dan gaya tak efektif.
c.
Model Kontinum Berdasarkan Banyaknya peran serta bawahan dalam
pengambian keputusan
Model kepemimpina ini dikemukakan oleh Vroom dan Yetton, keduanya
berpendapat bahwa ada dua macam kondisi utama yang dapat dijadikan dasar bagi
pemimpin untuk mengikutsertakan atau tidak mengikutsertakan bawahan dalam
pembuatan keputusan. Adapun Dua macam
kondisi tersebut adalah :
· Tingkat
keefektifan teknis diantara para bawahan.
· Tingkat
motivasi serta dukungan para bawahan.
3.
Sifat-sifat kepemimpinan
Untuk menjadi
pemimpin diperlukan adanya syarat-syarat tertentu , diantaranya adalah yang
mencakup dengan sifat–sifat yang diperlukan dalam kepemimpinan. Menurut Prof.Dr.A.Abdurrachman
berpendapat tentang macam-macam sifat
kepemimpinan diantaranya,
yaitu :
a.
Adil
b.
Suka melindungi
c.
Penuh inisiatif
d.
Peuh daya tarik
e.
Penuh kepercayaan pada diri sendiri
Suatu konsep
yang lebih menarik lagi ialah sifat-sifat yang diharapkan dimiliki oleh setiap
pimpinan yang baik yang dikemukakan oleh Suprapto , ia mendasarkan uraiannya
kepada asas kepemimpinan yang dirumuskan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu : Ing
Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Dari
asas kepemimpina tersebut diturunkan 17 sifat kepemimpinan :
a.
Takwa
b.
Taat
c.
Jujur
d.
Tekun
e.
Terampil
f.
Tanggap
g.
Lincah
h.
Tegas
i.
Tangguh
j.
Beriman
k.
Terbuka
l.
Toleran
m.
Teliti
n.
Tertib
o.
Tidak pamrih
p.
Tanggung jawab.[7]
4. Peran Seorang Pemimpin
Adapun peran seorang pemimpin diantaranya
yaitu :
a.
Sebagai pelaksana
Seorang pemimpin tidak boleh hanya memaksa
kehendak sendiri terhadap kelompoknya. Ia harus berusaha menjalankan/memenuhi
kehendak dan kebutuhan kelompoknya serta terhadap program atau rencana yang
telah ditetapkan bersama.
b.
Sebagai perencana
Seorang pemimpin yang baik harus pandai
membuat dan menyusun perencanaan sehingga segala sesuatu yang diperbuatnya bukan
secara asal-asal saja (tanpa adanya pemikiran), akan tetapi segala tindakan
perlu diperhitungkan dan mempunyai tujuan.
c.
Sebagai seorang ahli
Seorang pemimpin harus mempunyai keahlian,
terutama keahlian yang berhubungan dengan tugas jabatan kepemimpinan yang
dipegangnya.
d.
Mengawasi hubungan antaranggota kelompok
Seorang pemimpin menjaga dari perselisihan
dan berusaha membangun hubungan yang harmonis dan menimbulkan semangat kerja.
e.
Bertindak sebagai pemberi ganjaran/pujian dan hukuman
Seorang pemimpin harus dapat membesarkan
hati anggota-anggota yang giat bekerja dan juga berani menghukum anggota yang
merugikan kelompoknya.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Fungsi
komunikasi merupakan salah satu fungsi administrasi pendidikan, yang mana
fungsi ini mempunyai peran yang penting. Di dalam sebuah administrasi perlu
adanya komunikasi dari satu pihak dengan pihak yang lain agar tujuan dalam
administrasi pendidikan bisa tercapai. Adapun komunikasi secara lisan pada
umumnya lebih mendatangkan hasil dan pengertian yang jelas daripada secara
tertulis, karena komunikasi secara lisan itu bersifat langsung sedangkan
komunikasi yang tertulis adalah komunikasi secara tidak langsung.
2.
Kata
organisasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “organization” yang berarti
organisasi atau hal yang mengatur. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, W.J.S.
Poerwadarminta mengartikan organisasi sebagai susunan dan aturan dari berbagai
bagian (orang dan sebagainya) sehingga menjadi satu kesatuan yang teratur.
Adapun ciri-ciri Organisasi diantaranya yaitu :
a.
Adanya komponen ( atasan dan bawahan).
b.
Adanya kerja sama (cooperative yang berstruktur dari
sekelompok orang).
c.
Adanya tujuan.
d.
Adanya sasaran.
e.
Adanya tata tertib
yang harus ditaati.
f.
Adanya pendelegasian
wewenang dan koordinasi tugas-tugas.
3.
Menurut
Prajudi Atmosudirjo kepemimpinan itu dirumuskan sebagai suatu kepribadian
(personaliti) seseorang yang mendatangkan keinginan
pada kelompok orang-orang untuk mencontohnya atau mengikutinya dan suatu
kewibawaan sehingga membuat sekelompok orang-orang mau melakukan apa yang
dikehendakinya
B.
Saran
Makalah
yang kami sajikan ini tentunya jauh dari kesempurnaan yang tak luput dari salah
dan lupa, maka dari itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya dan juga kami
sangat memerlukan kritik dan saran dari teman-teman . Semoga apa yang telah
kami sampaikan bermanfaat bagi pembaca
dan khusus bagi kami selaku pemakalah.
[1] M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung
: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 19
[2] Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Prenada
Media, 2003), h. 268
[3] Soetjipto, Profesi Keguruan, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2009), h. 139
[5] Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2006), h. 71